SIBAT (Siaga Bencana Berbasis Masyarakat) PMI Kelurahan Sewu dibentuk pada tgl 18 september 2015 bersama kelurahan Semanggi dan Kelurahan Sangkrah melalui serangkaian pelatihan. Pembentukan SIBAT Kelurahan Sewu ini diinisiasi oleh Budi Utomo dan Ester. Keduanya saat ini merupakan Duta Sibat Nasional Palang Merah Indonesia.
Saat ini Sibat PMI Kota Solo berjejaring dengan banyak pihak dan dinas , salah satunya Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan solo (BBWS BS). Melalui proses panjang diawali ketika Sibat PMI Solo berencana membuat sabuk hijau sebagai upaya mitigasi bencana banjir  dengan menanam di bantaran sungai Bengawan Solo oleh bidang Rekomendasi Teknis ( Rekomtek )  BBWS BS disarankan untuk menanam akar wangi , kemudian saling mengenal dan Sibat ditugaskan oleh BBWS BS untuk mewakili Surakarta di ajang lomba Komunitas Sungai se Jawa Tengah  3 tahun berturut turut .
Meski tidak pernah menjadi pemenang namun kegiatan itu membuat Sibat lebih akrab dengan BBWS BS hingga ketika ada acara hari air sedunia yg rutin diadakan tiap 22 Maret , BBWS BS meminta acara tersebut diadakan di Kelurahan Sewu dan Sibat PMI menjadi panitia lokal.
Kegiatan yg cukup besar tersebut melibatkan 17 perahu karet dan mengundang Walikota Surakarta No. FX Hadi Rudyatmo , Â disitu Sibat PMI menerima 2 mesin biopori dan 1 kano bantuan dari BBWS BS .
Dalam kegiatan pelatihan Petugas Operasi dan Pemeliharaan sungai anggota Sibat PMI kerap diundang untuk mengikuti kegiatan tersebut. Hingga suatu saat ketika BBWS BS membutuhkan 14 Petugas OP (Operasi dan Pemeliharaan ) lowongan pekerjaan tersebut ditawarkan kepada anggota Sibat PMI untuk merawat tanggul dan sungai yg berada di wilayah kota Solo maka bergabunglah perwakilan anggota Sibat PMI dari kelurahan Semanggi , Sangkrah , Sewu  Mojosongo dan Gilingan menjadi Pekarya Sungai . Alhamdulillah saat ini ada 14 anggota Sibat PMI yg mendapat rezeki menjadi petugas OP , pekerjaan ini memungkinkan anggota Sibat untuk menjadi lebih totalitas dalam program Masyarakat Tangguh Banjir dan merawat kebun akar wangi yg sudah ditanam di bantaran sungai Bengawan Solo.
Informasi terkait curah hujan dan Tinggi Muka Air ( TMA ) Sungai pun menjadi lebih mudah diakses , Sibat berperan menjadi sumber informasi valid untuk dibagikan ke masyarakat terkait kemungkinan terjadi genangan / banjir di sepanjang wilayah sungai Bengawan Solo sehingga berita berita hoaks yg selalu muncul disaat bencana bisa ditekan , masyarakat biasanya menjadikan group facebook Sibat PMI ataupun WAG Sibat PMI menjadi acuan utama dan terpercaya.
Saat ini Ketua Sibat PMI Kelurahan Sewu SM Budi Utomo (46)  juga menjadi anggota Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air ( TKPSDA ) Wilayah Sungai Bengawan Solo. TKPSDA adalah wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air pada Wilayah Sungai yang beranggotakan 35 anggota dari Pemerintah dan 35 anggota yg berasal dari non pemerintah ( komunitas , kelompok tani , Pokdarwis , petani pengguna air dll ) yg berasal dari Jateng dan Jatim dan tersebar dari hulu ( Wonogiri ) sampe ke hilir ( Gresik ) .
Saat ini informasi terkait curah hujan dan kenaikan tinggi muka air berada dalam genggaman tangan , bisa di akses melalui telepon genggam di setiap menitnya sehingga kekhawatiran dan berita hoaks bisa di minimalisir dan masyarakat bisa lebih tenang melakukan aktivitas kerja sehari hari .
Informasi bisa di akses di lNFO TMA BBWS BENGAWAN SOLO. Untuk mendapatkan update tinggi muka air, silahkan buka : hidrologi.bbws-bsolo.net/tma atau hidrologi.bbws-bsolo.net/tma/info
Salah satu Anggota Sibat juga bekerja menjadi Petugas Hidrologi Pos Duga Air Jurug yaitu Joko Widodo ( 44 ) alias Bang Toyib sehingga fluktuasi kenaikan rata rata , kecepatan air naik dan segala kemungkinan bisa dideteksi sedini mungkin .
Sibat PMI juga memantau sistem peringatan dini banjir yg dipasang oleh Perum Jasa Tirta 1 dan melaporkan seandainya terjadi kerusakan dengan alat tersebut sehingga perbaikan bisa dilaksanakan dgn secepatnya .
Masyarakat yg turun temurun tinggal di sepanjang bantaran sungai Bengawan Solo pun sudah memiliki kearifan lokal dalam beradaptasi dengan genangan sungai Bengawan Solo dengan membuat rak di atas ( Anjang Anjang )dan memiliki SOP tak tertulis tentang penyusunan barang didalam rak pengungsian secara sistematis dan berulang ulang sehingga mereka memiliki kemampuan evakuasi mandiri tanpa harus menunggu kehadiran regu penolong .
Kearifan lokal yg lain adalah memasukkan barang barang ( sepatu , sandal dll ) kedalam ember agar terapung saat banjir dan membersihkan rumah ( mengepel ) dengan memanfaatkan air banjir yg surut , cara ini harus dilakukan tepat waktu sehingga tdk membutuhkan banyak air tambahan untuk membersihkan rumah .
Mereka pun berbagi tugas dalam 1 keluarga / rumah , dikarenakan banjir yg sering terjadi saat tengah malam maka hanya bapak bapak yg bersiaga / berjaga , ibu dan anak tetap tidur agar tdk menguras tenaga dan tetap bisa beristirahat , ketika air mulai mendekati rumah barulah mereka dibangunkan untuk berkemas dan mengungsi dengan membawa selimut ke atas tanggul / tempat pengungsian .
Barang barang yg lain sudah tertata rapi di rak pengungsian. Dengan kesiapsiagaan dini dan living harmony with disaster banjir menjadi ancaman sekaligus sahabat yg dirindukan setiap tahun , begadang menyambut banjir dengan segelas kopi dan mie hangat menjadi sarana komunikasi yg akrab di antara warga .