Peristiwa Gempa bumi dan tsunami tektonik yang mengerikan yang terjadi di pantai selatan Banyuwangi Jawa Timur tahun 1994Â adalah pelajaran sangat berharga bagi wilayah wilayah pantai selatan lainnya di pulau Jawa, Bali, NTB dan NTT.
Tsunami Banyuwangi 2 Juni 1994 dipicu gempa di zona megathrust Mw 7,8 membangkitkan tsunami setinggi 13,9 meter, menyebabkan lebih dari 250 orang meninggal dan 15 orang hilang (Daryono, BMKG).
Peristiwa ini diawali terjadinya gempa dengan episentrum 10.477°S 112.835°E yang terjadi sekitar pukul 18.17 WIB. Kemudian 7 jam berikutnya disusul dengan gelombang Tsunami yang menerjang Banyuwangi hingga menyebabkan sekitar 215 jiwa meninggal dunia dalam semalam. Banyuwangi tsunami di Jumat dini hari itu dikenal sebagai Tragedi Jumat Pon.
Amukan gelombang tsunami itu melumat permukiman nelayan di sejumlah pantai. Di antaranya Pantai Rajegwesi, Pancer, Pulau Merah, Lampon di Kecamatan Pesanggaran, dan Pantai Grajagan di Kecamatan Purwoharjo.
Tragedi itu masih tersimpan kuat di dalam ingatan warga masyarakat Banyuwangi yang selamat dari amukan gelombang dahsyat dan menyisakan trauma pada warga penyintas tsunami yang rumahnya rusak parah dan luluh lantak. Wilayah terdampak yang paling parah dengan korban yang paling banyak adalah di Pantai Pancer, Pulau Merah, Lampon dan Rajegwesi serta di Pantai Grajagan. Dusun Pancer sendiri berada di wilayah Kecamatan Pesanggaran yang berjarak sekitar 70 kilometer dari pusat Kota Banyuwangi yang berbatasan langsung dengan Pantai Selatan dan Samudra Indonesia.
