Rekam Jejak Kiprah PMI dalam penanganan pengungsi akibat konflik di Timor Timur Tahun 1975 (Catatan Mozaik Kenangan Prof. Dr. Satrio, Ketua Umum PMI 1970 sd 1982))

DURASI WAKTU

Latar Belakang

Peran dan kiprah PMI dalam penanganan pengungsi tidak hanyak dilakukan di dalam negeri sejak sebelum dan awal pergerakan kemerdekaan RI, namun juga dilakukan di luar negeri. Kiprah pertama PMI dalam penanganan pengungsi dari luar negeri adalah tahun 1975 saat 35.000 jiwa lebih Pengungsi Timor timur menyebrang ke perbatasan RI di Kabupaten Belu tahun 1975. Kiprah PMI tersebut terekam dalam tulisan mozaik kenangan Mayor Jendral TNI Purn. Prof. Dr. Satrio, Ketua Umum PMI Periode 1975 sd 1982 dalam cerita sukses berikut.

 

Delegasi ICRC pertama telah mengujungi tempat tempat tapol G 30 S / PKI    di Tangerang dan Bukit Duri . Karena laporannya menguntungkan pemerintah kita , maka izin untuk     mengunjungi Pulau Buru mudah diperoleh dan selanjutnya ke tempat -tempat tapol lainnya .

Setelah Seminar Perawatan Asia Pasifik berakhir , maka muncul lagi delegasi dari ICRC  dipimpin oleh Dr. Testuz. Mereka juga akan mengunjungi kamp-kamp tapol G 30 S / PKI .

Sebagai lazimnya mereka mengadakan kunjungan kehormatan dulu kepada Panglima  Kopkamtib dan Jaksa Agung , sebelum melakukan observasi nya ke daerah disertai oleh petugas PMI dan petugas Kopkamtib . Namun kunjungan mereka terhenti oleh karena ada hal yang mendadak timbul di Timor Timur .

Pada akhir bulan Agustus 1974 kami PMI mendapat kawat dari PMI Kupang , NTT , bahwa ada 300 pengungsi dari Timor Portugis me lintasi batas dan berada di kabupaten Belu , yakni kabupaten yang berbatasan dengan Timor Portugis . Mereka ( NTT ) minta bantuan PMI Pusat .

Delegasi . ICRC mendapat perintah untuk menuju ke Timor Portugis melalui Port Darwin ,  Australia . Tentu hal ini merupakan suatu problema untuk kami yang baru mengalami  kedatangan pengungsi dari koloni Portugal dan ada ICRC yang bertugas di situ .

Pengungsi dari Timor Portugis menimbulkan kesulitan – kesulitan di ka bupaten Belu . Cabang PMI di tempat itu tidak sanggup dan pengungsi jumlahnya bertambah terus . Dalam satu minggu jumlah 300 telah meningkat menjadi 5.000 . Kami segera mengirim dua petugas senior PMI ke NTT untuk menga dakan penilaian situasi   dan mengambil tindakan yang mendesak.

Sementara itu Departemen Dalam Negeri merasa bertanggung jawab untuk membantu  pemerintah NTT . Bersama PMI mereka membentuk satuan tugas atau ” Taskforce ” untuk  memberi bantuan beras , membuat barak barak dan lain – lain , sedangkan dokter – dokter  memberi pengobatan kepada mereka yang sakit . Para pengungsi ternyata tidak membawa bahan makanan dan keadaan mereka sangat menyedihkan .

Petugas petugas PMI melihat situasi yang makin luas jangkauannya . Mereka segera  mengadakan latihan kepada 30 tenaga lokal untuk siap menjadi sukarelawan dalam membantu operasi kemanusiaan yang teratur .

Dalam waktu tiga minggu jumlah pengungsi telah mencapai angka 28.000 jiwa.  Mereka kebanyakan terdiri dari orang tua , wanita dan anak  anak dan masuk ke daerah RI  dengan jalan kaki , naik truck , sepeda motor dan traktor .

Pengungsi tersebut adalah akibat suatu konflik politik yang menjadi konflik fisik .  Dalam rangka dekolonisasi sesuai dengan program PBB dan program Portugal seperti di Afrika ( Mozambique ) dan Angola , maka di Timor Portugis juga ada proses dekolonisasi .

Ada macam macam aliran yang bertentangan satu sama lain , yakni partai UDT , APODETI dan FRETILIN . Mula mula APODETI ingin menggabung dengan Indonesia . UDT mengusahakan suatu perebutan kekuasaan dengan mengambil alih polisi , tetapi Fretilin membalas dengan memakai tentara bekas tentara Portugis ( TROPAZ ) dan menguasai  situasi dan mendesak UDT sampai ke Timor Indonesia . Partai Fretilin terdiri dari kader komunis yang telah dilatih di Portugal .

Pemerintah Indonesia menghadapi suatu dilemma . Membiarkan situasi tersebut menyebabkan suatu kerawanan yang serius dan jika bertindak kita harus hati – hati . Bagi kami yang penting  adalah soal pengungsi . Presiden Suharto memanggil kami untuk mengurus dengan baik soal pengungsi yang termasuk suatu kasus internasional .

Palang Merah Internasional perlu dilibatkan .

Kami telah memberi laporan kepada LIGA , namun LIGA meneruskannya kepada ICRC .  Karena menurut Liga kasus itu adalah soal ICRC . Apapun yang akan kami lakukan , pokoknya harus ada tindakan pertolongan segera . Kami minta bantuan pers untuk menghimbau masyarakat Indonesia mengumpulkan dana uang dana barang .

Suatu tim PMI yang terdiri dari seorang dokter dan perawat perawat kami kirimkan ke Belu  untuk tindakan darurat dalam daerah yang sulit keadaan lapangannya . Daerah itu daerah  tandus . Jalan sangat buruk . Sungai sungai besar tidak ada jembatannya .

Jika musim kemarau airnya nihil dan musim hujan airnya banyak sekali sehingga banjir .  Kendaraan yang mungkin dipakai hanya kendaraan seperti Landrover dan jeep dengan                ” fourwheel drive ” .

Team PMI banyak memberi pertolongan dengan membuka poliklinik poliklinik dan sekaligus  menilai keadaan kesehatan secara menyeluruh . Lingkungan kesehatan buruk sekali . Air minum sulit diperoleh di daerah itu . Kebiasaan para pengungsi dan masyarakat  se tempat masih primitif . Mereka jarang mandi . Gizinya buruk sekali . Banyak penyakit perut , penyakit kulit dan malnutrisi .

 

Palang Merah Kabupaten Belu dipersiapkan untuk operasi jangka panjang . Dokter kabupaten  yang merangkap ketua PMI setempat , Dr. Alex Uni sifit mendapat bantuan dari Korps Sukarela PMI yang sudah dilatih oleh Sdr . Sambas , seorang yang  berpengalaman dalam hal – hal demikian .

 

Semua barang bantuan dari luar NTT distribusikan menurut sistem yang teratur . Dalam organisasi ditentukan pengelola logistik , keuangan dan operasi bantuan . Obat  obatan , susu , beras , pakaian dan lain lain harus dapat disalurkan dengan pertanggung jawaban yang baik . Para pengungsi dilayani oleh pos pos PMI . Mereka berada di Motoain , Ataupupu ( pelabuhan sapi ) dan Silawan ( + 4.000 pengungsi ) di Lakmaras , Lakuman, Lakus ( + 100 pengungsi ) , Boilalu dan Makir ( 8.000 pengungsi ) . Haikesak ( 11.000 pengungsi ) , Alas dan Boas ( 600 pengungsi ) , Wedomo dan Laklulus ( 2.000 pengungsi ) dan di Atam bua ( ibukota kabupaten 2.500 pengungsi) . Tiap pos dilayani oleh seorang dokter dan tenaga – tenaga paramedis . Di luar pos – pos tersebut masih ada team mobil yang ” standby ” di Atambua .

Team PMI yang pertama bekerja keras dan setelah satu bulan kembali ke Jakarta dengan banyak foto dokumentasi . Foto foto tersebut kami gunakan sebagai sarana penerangan dan penarik bantuan masyarakat .

Dalam acara dengar pendapat dengan DPR foto  foto yang telah kami jadikan ” Slide ” kami  gunakan untuk presentasi aktivitas PMI di perbatasan . Demikian pula dalam konperensi pers . Dengan demikian bantuan masyarakat mengalir berupa uang , susu bubuk , makanan dalam kaleng , obat – obatan , tenda – tenda , petromax , dan pakaian bekas atau pakaian baru .

Juga UNICEF dan Dewan Gereja Indonesia serta Palang Merah Australia memberi bantuan .  Tenaga tenaga dokter dan perawat dikirim dari Jakarta , Semarang , Surabaya , Yogyakarta ,  dan lain – lain tempat secara bergiliran .

Keadaan di Belu sudah lama tidak normal . Sekolah sekolah tutup , karena dipakai untuk  penampungan pengungsi . Hal itu tentu saja merupakan gangguan dan desintegrasi di masyarakat Belu .

Delegasi ICRC sementara itu datang lagi di Kupang setelah bertugas di Dili . Menurut prosedur mereka harus lapor ke Jakarta dulu dan minta izin untuk pergi ke Kupang . Karena ” fait accompli ” tersebut PMI mengirimkan seorang pendamping dari Semarang , yakni Sdr . Wadiono , Ketua PMI Jawa Tengah sehingga ICRC itu tidak mendapat kesulitan.

Delegasi PMI dan ICRC itu dapat mengadakan penilaian tentang situasi se tempat .   Para pengungsi mencurigai delegasi ICRC itu karena pada waktu mereka bekerja di Dili , mereka dibantu oleh dokter – dokter Australia yang pro Fretilin .

Berkat kunjungan ICRC itu PMI mendapat bantuan uang 60.000 dollar US .

Pada waktu Dr. Testuz berada di Motoain , kota tersebut mendapat serangan mortir dari Fretilin . Pos polisi di Motoain terkena peluru mortir .

Kemudian ada tawanan UDT yang terdiri dari 23 orang Portugis menyeberang perbatasan .  Hal itu dilihat oleh ICRC . Mereka berusaha supaya tawanan tersebut dapat dibawa ke Kupang . Tetapi gagal , karena para penguasa se tempat menganggap tawanan tersebut hak UDT .

Dr. Testuz dengan demikian tidak berhasil membebaskan tawanan yang terdiri dari orang – orang Portugis , walaupun berkat kunjungannya itu PMI mendapat bantuan dari ICRC sebesar  60.000 dollar US . Dengan rasa kecewa ia kembali ke Jenewa dan sebagai gantinya Fred Isler berusaha lagi pergi ke Atambua , ibukota Kabupaten Belu . Namun sekarang daerah Timor tertutup untuk orang asing , termasuk ICRC . Setelah berminggu – minggu tak berhasil , ia pulang ke Jenewa . Tugas meninjau tapol menjadi tidak penting lagi .

Usaha baru dilakukan oleh delegasi ICRC , Mr. Nessi . Untuk sedikit membuka pintu ia  diperbolehkan mengunjungi Dili selama dua jam sekedar untuk melihat bahwa Dili sudah aman dan tidak dikuasai Fretilin . Mereka tahu bahwa Pemerintah Sementara Timor Timur didukung oleh RI .

Dalam bulan Juni 1976 tawanan 23 orang Portugis dapat diselesaikan melalui suatu  perundingan khusus , dan Jenderal Morais Da Silva , Kepala Staf Angkatan Udara Portugal datang di Den Pasar dengan pesawat  Boeing 707 dan bertemu dengan Mayor Jenderal Benny Murdani . Sementara itu sebelumnya ia telah datang di Dili dan menemukan 23 opsir Portugal dalam keadaan sehat walafiat . Penyerahan 23 tawanan secara resmi dilakukan oleh Ketua Umum PMI kepada Wakil Khusus Presiden Portugal Jenderal Morais da Silva . Bersama 23 tawanan itu 130 orang warga negara Timor Portugis ikut ke Portugal atas kemauannya sendiri .

Pada akhir tahun 1975 PMI diminta secara resmi oleh Pemerintah Sementara Timor Timur untuk membantu rakyat yang menderita karena perang saudara . Dengan dasar permintaan itu PMI masuk ke Wilayah Timor Timur .

PMI mengirim suatu team khusus yang dipimpin oleh Sdr . Wadiono , Ketua PMI Jawa Tengah , seorang yang dulu pernah menjadi Komandan Resimen TNI .

Team tersebut berangkat pada akhir 1975dan sudah berada di Dili pada tanggal 1 Januari 1976 . Untuk mencapai Dili pada waktu itu kita harus melalui Kupang . Dari Kupang dengan pesawat  kecil kita terbang ke Dili .

Di Dili team PMI mulai bekerja dengan mengadakan distribusi susu , obat – obatan dan  merawat orang – orang sakit dan luka di kota Dili . Sebagian , yakni dokter dan perawat menuju ke Manatutu dengan kapal motor untuk  membantu rakyat di Manatutu .  Di kota Dili terdapat sekitar 15.000 pengungsi yang segera memerlukan pertolongan . Mereka terkumpul di beberapa tempat seperti sekolah , pusat kesehatan , dan gereja – gereja . Makanan dan obat – obatan diperlukan , begitu pula pakaian .

PM segera dapat menolong mereka . Di pusat kesehatan Dili yang bernama Centro De Saude  terdapat 200 penderita sakit dan luka . Ada seorang dokter yang masih di situ yakni                  Dr. Monteiro , yang berasal dari Goa , India bekas jajahan Portugis . Dia tidak dapat berbuat banyak , karena tidak ada yang melindungi sebagai bekas pegawai Portugis . Keadaan para penderita sama  sekali tak terurus , tidurnya di mana saja yang ada tempat .

Ketika Ketua Umum PMI mengunjungi Dili pada akhir Januari 1975 , maka situasi yang  menyedihkan itu dianggap tidak dapat dibiarkan dan harus segera ada perubahan . Di atas bukit ada rumah sakit yang besar , baru dan kosong . Hanya sebagian kecil dipakai oleh Tentara .

Team kedokteran yang datang dari Universitas Padjadjaran diatur supaya langsung menempati rumah sakit di bukit dan semua penderita yang ada di Centro De Saude harus sudah dipindahkan . Untuk itu secara kilat didatang kan kasur – kasur dan veldbed – veldbed dari Jakarta dan  Kupang .

Team dari Bandung taat kepada instruksi PMI , dan tidak merasa takut tinggal di bukit .  Memang menurut kabar keadaan di situ belum seluruhnya aman . Kadang – kadang Fretilin yang lapar masuk dapur pada malam hari untuk mencari makan .

Pegawai – pegawai perawatan yang masih tinggal di Centro diangkut dengan bis atau pickup    ke rumah sakit , tetapi team dari Bandung tetap ada di tempat tugas .

Saya sebagai Ketua PMI mengkhususkan waktu untuk dapat bertemu dengan Uskup Dili Monseignor Riberu seorang Portugis yang didampingi oleh sekretarisnya , seorang Pendeta Timor .  Saya menerangkan tugas PMI yang tidak pandang bulu memberi pertolongan kepada semua orang yang men derita dan minta supaya dapat bekerja – sama dengan Uskup Dili serta para pendeta di daerah – daerah .

Kunjungan saya amat dihargai . Sesuai dengan saran Dir . Jen . Bina Katolik Departemen  Agama Djoko Mulyono saya membawa minuman keras anggur dan whisky untuk digunakan seperlunya .

Saya melihat bahwa situasi di Dili cukup rumit , khususnya suasana politik dan keamanan .  Oleh karena itu saya membicarakan kemungkinan untuk meminjam seorang perwira kesehatan tentara yang beragama Katolik yang kebetulan mengepalai Rumah Sakit Tentara di Dili , untuk menjadi Ketua Tim Khusus PMI di Timor Timur menggantikan Sdr . Wadiono .

Hal itu disetujui , karena mereka menganggap saya sebagai senior dan mengerti arti pentingnya pendekatan masyarakat di Timor Timur sebagai kelanjutan dari operasi militer . Dokter itu adalah Mayor Ignatius Harianto , yang sekarang menjadi Kepala Rumah Sakit Kusta Sitanala   di Tangerang . Kepala Rumah Sakit Kusta Sitanala  di Tangerang .

Team Khusus PMI hanya terdiri dari beberapa orang anggota untuk administrasi , logistik dan  operasi lapangan . Karena itu mereka mencari suatu cara untuk mendapat tenaga bantuan . Karena sekolah menengah di Dili tutup , murid – muridnya menganggur . Mereka inilah dipanggil untuk dilatih menjadi tenaga sukarela PMI . Mereka semua senang mendapat kesempatan tersebut . Hal yang sulit adalah sarana komunikasi bahasa . Bahasa se tempat adalah bahasa TETUM suatu dialek dari bahasa Timor . Untung ada seorang yang mengerti bahasa Inggris . Anak ini yang menjadi jurubahasa dalam pe lajaran PPPK , dapur umum , distribusi susu , administrasi dan lain – lain .

PMI lebih cepat dikenal masyarakat dan hal – hal yang sangat dihargai antara lain soal  korespondensi atau surat menyurat dengan saudara – sauda ranya yang ada di tempat lain seperti di Australia , Macao dan sebagainya .

Tugas kemanusiaan PMI melayani pengungsi segera dapat berjalan dengan bantuan para  pemuda dan pemudi Korps Sukarela PMI Dili .

Di Bakau ( Baucau ) ditempatkan dr . Suryadi dari Medan . Tugasnya adalah untuk mengadakan Pos PMI dan mengelola rumah sakit dan rumah bersalin di Baukau . PMI ternyata dapat  memberi pelayanan kepada ma syarakat tanpa bayaran dan obat maupun barang – barang seperti susu , pakaian dan lain – lain cukup tersedia . Hubungan dengan Gereja Katolik tetap dipelihara . Rumah Sakit dapat diberi sayuran hasil gereja dan gereja diberi susu bubuk , obat – obatan dan lain – lain .

Di tempat – tempat kecil lainnya team – team kesehatan mengadakan po liklinik dan rumah sakit kecil , seperti di Viqueque , Los Palos , Suai , Bo bonaro , Maliana , Balibo , Liquisa , Maubara  dan Oekusi .

Dengan demikian PMI diakui sebagai suatu badan yang sangat berguna dan disayangi oleh masyarakat Timor Timur . Menurut logat mereka PMI dikenal sebagai PALMERA ; sebelumnya jaman penjajahan Portugis terdapat Palang Merah Portugis yang disebut CRUZ VERMEILLA .

Pada suatu waktu ada yang menemukan kuburan massal yang diperkirakan kuburan tawanan  Fretilin yang dibunuh secara kejam oleh mereka . PMI diminta bantuannya untuk mengadakan pemeriksaan setempat . Tentu saja permintaan demikian tidak dapat ditolak . Memang kuburan massal itu adalah kuburan tawanan Fretilin yang telah dibantai dan dibunuh . Mereka adalah anggota partai musuhnya ( UDT ) . Pada waktu Dili diserbu , maka tawanan itu dibawa pergi dan dibunuh serta dikubur di SAME . Antara korban – korban itu terdapat saudara – saudara dari tokoh – tokoh pemerintah sementara Timor Timur . Anak laki – laki Arnaldo Dos Reyes Araujo , Ketua Pemerintah Sementara Timor Timur terdapat di antaranya .

Dari kuburan massal itu dapat disimpulkan kekejaman Fretilin dan pe langgarannya terhadap  hak – hak azasi manusia . Hal – hal seperti itu termasuk suatu soal yang sedang dipelajari oleh Komisi Tansley dari Palang Merah In ternasional yang juga mendapat perhatian kami .

Dengan demikian PM telah mendapat kesempatan untuk tugas yang mulia di Timor Timur .

Pendekatan kemanusiaan sudah baik . Namun pendekatan psikologis yang tepat adalah lebih  baik lagi untuk dapat bekerja dengan sukses . Kami di Timor Timur telah nenentukan partner yang tepat : tentara dan Gereja Katolik . Faktor manusia di dalam situasi konflik di mana saja adalah suatu hal yang menentukan . Cara tepat dalam waktu yang tepat oleh orang – orang yang tepat pula adalah kunci keberhasilan dalam segala bidang . Tugas ICRC juga dapat dilakukan oleh Palang Merah Nasional , asal ada teamwork dan saling percaya mempercayai dari kedua belah pihak . Tidak perlu ada per tentangan antara prinsip kepalangmerahan dengan kedaulatan negara yang telah menanda tangani konvensi – konvensi Jenewa .

Prosedur penggabungan Timor Timur adalah suatu hal yang unik .

Pemerintah Sementara Timor Timur membentuk Dewan Perwakilan Daerah , yang terdiri atas pemimpin – pemimpin atau raja – raja di seluruh Timor . Dalam suku yang masih tergolong  terbelakang hal demikian dapat dimengerti . Raja atau kepala suku lebih berwibawa daripada orator yang dipilih .

Dalam Sidang Perwakilan Rakyat yang dipimpin oleh Raja Atsabe Mario Goncalves secara  aklamasi diambil keputusan untuk menggabungkan diri kepada RI . Berdasarkan keputusan DPR Tim Tim itu maka Ketua Peme rintahan Sementara Timor Timur Arnaldo Dos Reyes Araujo menghadap Presiden Suharto di Istana Negara di Jakarta .

Berdasarkan permintaan resmi itu DPR – RI mengadakan sidang untuk membahas hal tersebut dan akhirnya menyetujui dengan undang – undang .

UUD RI tidak perlu diubah karena tidak memuat ketentuan – ketentuan wilayah yang  bertentangan dengan penggabungan tersebut .

Dengan diterimanya Undang – Undang tentang Penggabungan Timor Timur maka Timor Timur menjadi Propinsi ke 27 RI .

Karena ada daerah tingkat I baru maka PMI juga dapat membentuk Pengurus PMI Daerah  Timor Timur . Secara resmi Nyonya Lopez Da Cruz dipilih menjadi Ketua PMI Daerah Timor Timur , sedangkan seorang anggota dari PMI Pusat masih membantu pengurus daerah tersebut sebagai sekretaris .

Pada hakekatnya tidak ada perubahan besar , namun ada pelimpahan tanggung – jawab dan  usaha untuk menjadikan rakyat Tim Tim mandiri . Kegiatan PMI di Timor Timur telah banyak diadakan di daerah – daerah dan di desa – desa . Menurut catatan kasar selama 2 tahun ( 1976-1978 ) PMI telah menolong sekitar 360.000 orang .

PM Timor Timur itu cukup banyak persediaannya beras , jagung , gula , garam , supermi , makanan dalam kaleng , havermout , balamul , * ) sabun , buku tulis , buku bacaan dan lain – lain .

Tentang pengiriman berita ( ” Family Message and Tracing ” ) telah di layani 1.287 berita dari  luar negeri ke penduduk Timor Timur dan 1.184 Berita dari Timor Timur kepada keluarga di luar negeri . 21 orang minta di carikan keluarganya oleh PMI .

Uursan kesehatan sipil sejak adanya Propinsi ke 27 diserahkan oleh PMI ke Dep . Kes . , yang  diserahkan pula kepada Ka . Kanwil . Dep . Kes . Dr. Agus Berek . Dengan demikian Rumah Sakit Dili tidak lagi menjadi tanggung – jawab PMI , demikian pula Puskesmas – Puskesmas .

Sementara itu sampai saat itu PMI telah merawat 2.239 orang sakit dan mengobati 360.000  orang .

Dinas Transfusi Darah untuk Timor Timur juga dibuka di Dili dengan donor darah 189 orang .

Anggota korps sukarela terlatih ada 210 orang . Pendidikan perawat telah diadakan dengan  mengirim 10 orang di Rumah Sakit PMI Bogor . Juga calon asisten transfusi darah dilatih di LPTD Jakarta .

Secara bergiliran tenaga dokter dan perawat serta bidan telah ditugaskan di Timor Timur dari  Yogya , Semarang , Bandung , Surabaya , Ujung Pandang dan lain – lain . Semuanya 77 dokter , 120 tenaga paramedis , 2 apoteker , 4 bidan dan 12 orang tenaga administrasi .

Pengembalian warga negara Portugis asal Timor Timur ke Portugal mencapai angka 1.200  orang . Mereka diangkut dengan DC – 10 Garuda ke Lissabon .

Tugas – Tugas Luarbiasa PMI .

Di samping tugas – tugas PMI yang meliputi kesehatan dan bantuan sandang pangan PMI  terpaksa juga melakukan hal – hal sebagai berikut : 1 . Menampung anak yatim piatu dalam suatu panti asuhan ” SEROJA ” . 2 . Menampung janda – janda dan ibu – ibu yang ditinggal suaminya dengan

memberi pekerjaan kepada mereka berupa jahitan , kerajinan tangan dan

lain – lain . 3 . Memberi benih tanaman pada para pengungsi . 4 . Melaksanakan penyemprotan DDT di wilayah yang banyak malarianya . 5 . Memberi buku tulis dan pensil pada anak sekolah . 6 . Memberi pelajaran Bahasa Indonesia kepada anggota – anggota korps suka

rela .

Hal itu dilakukan dengan keikhlasan hati karena terasa sangat diperlukan oleh masyarakat .  Bantuan antara 1976 – 1978 yang datang di Timor Timur adalah : 247.000 potong pakaian bekas , 34.000 kaos oblong , 4.000 sarung , 9.000 yard kain cita , 1.000 yard kain hitam , 75 ton susu bubuk , 360 kaleng, susu bayi , 6.500 kg . balamul , 134.000 bungkus supermi , 11.000 kaleng makanan dalam  kaleng , 5.000 kg gula pasir , 1.500 bos rokok , 1.600 batang sabun , 5.000 sabun cuci , 60.000 buku tulis , 70.000 pensil . Obat – obatan tidak termasuk dalam daftar ini . Semuanya menelan biaya sebesar 560 juta rupiah , tidak termasuk barang bantuan dari luar negeri .

Dengan perincian di atas jelaslah bahwa operasi kemanusiaan di Timor Timur oleh PMI sendiri sangat besar pengaruhnya terhadap keadaan kese jahteraan sosial dan ketenangan masyarakat .

Pada dasarnya PMI telah dapat menyerahkan tugas – tugas selanjutnya kepada pemerintah  propinsi . Namun demikian ada soal baru yang melibatkan lagi PMI di Timor Timur dengan cara lain .

ICRC ( Komite Internasional Palang Merah ) setelah dengan sukses me lakukan tugasnya  mengenai tapol G 30 S / PKI , minta kepada pemerintah supaya dapat mengunjungi Timor Timur . Presiden ICRC sendiri telah me ngadakan pembicaraan dengan Presiden Suharto . Mereka diizinkan ke Timor Timur . Oleh karena itu suatu team dari ICRC dan PMI pada suatu waktu meninjau Timor Timur dan berdasarkan keterangan Pemerintah Daerah me ngunjungi daerah – daerah terpencil dengan helikopter . Mereka sebenarnya ingin melihat tawanan atau tapol , tetapi ternyata tidak ada tawanan atau tapol . Adanya hanya kesulitan pada tempat – tempat terpencil yang sukar dicapai dengan jalan darat .

Hasil peninjauan adalah bahwa banyak tempat memerlukan bantuan yang mendesak . ICRC  berpendapat bahwa bantuan itu harus dilaksanakan dengan rencana yang matang dan lengkap dan diselesaikan dalam 6 bulan . Se telah 6 bulan maka dapat diadakan penilaian apakah program itu perlu dite ruskan atau tidak .

Pada dasarnya pemerintah tidak berkeberatan mengenai program ban tuan ICRC , malah  merasa terima kasih . Hanya ada syaratnya , yakni bahwa pelaksana operasi bantuan itu adalah PMI dan ICRC yang membantu dengan apa yang dianggap perlu . Setelah team ICRC mengirim laporan kepada

. atasannya di Jenewa , maka ICRC Jenewa menyetujuinya dan kemudian diadakan perjanjian  tertulis antara ICRC dan PMI pada tanggal 19 Juni 1979 .

Kasus ini adalah kasus yang unik . Biasanya ICRC tidak mengesahkan pelaksanaan programnya kepada Palang Merah setempat karena sering terdapat kesulitan . Karena itu kerjasama ICRC  PMI ini adalah suatu hal yang baru dan menunjukkan adanya kepercayaan pada PMI .

Sebelum operasi dimulai , diadakan survey bersama oleh team PMI dan ICRC . Hal itu dimulai pada anggal 28 Juli 1979. Hasil survey itu dipakai untuk program operasi setelah dibahas  dengan pemerintah daerah dan pusat serta ICRC Jenewa , serta Markas Besar PMI Jakarta .

Dalam pola pemikirannya operasi kemanusiaan tersebut harus bersifat

 

darurat , jadi dilaksanakan dalam waktu tertentu , relatif pendek dan semen tara . Kedua ,  operasi itu harus mengenai sasaran pokok yang mendasar . Ketiga , harus memberikan nama baik bagi PMI dan pemerintah Indonesia . Keempat , harus menguntungkan semua aspek ketahanan nasional . Operasi tersebut harus diketahui dan dikoordinasikan dengan pemerintah daerah agar sejalan dengan rencana pembangunan daerah .

Program tersebut tidak boleh menimbulkan suatu suasana keter gantungan rakyat kepada  bantuan tersebut dalam mencukupi kebutuhan hidupnya dan harus dapat mengangkat mereka dari penderitaan akibat bencana perang saudara ke tingkat keadaan fisik dan mental yang stabil , minimal harus dapat berswasembada dalam bidang pangan , kesehatan , dan perumahan . Dengan cara – cara yang paling tepat harus diusahakan agar mereka mau membuka diri terhadap pembaharuan atau inovasi .

Peningkatan rasa persatuan antara rakyat Timor Timur harus diting katkan dan juga antara  rakyat Timor Timur dengan rakyat Indonesia lainnya . Untuk itu PMI mengerahkan putera dan puteri korps sukarela , dengan melalui mereka diperkenalkan hakekat daripada ideologi Pancasila .

Suasana aman dan damai di kalangan rakyat diisi dengan usaha – usaha untuk saling menolong dan memanfaatkan adanya aktivitas Palang Merah di tempat itu .

Setelah berkonsultasi dengan pemerintah daerah dan atas hasil survey team gabungan PMI dan ICRC ditentukan 8 kecamatan yang wajar menerima bantuan bahan makanan dan lain – lain ,  karena situasi penduduknya yang paling parah , yakni Fatubessi , Hatolia , Laklubar , Dilor , Natarbora , Uatulari , Luro , meliputi 60.000 orang . Dari 60.000 orang itu 30 % memerlukan pertolongan segera karena kekurangan gizi dan penyakit cacing , penyakit saluran pernafasan    ( tbc ) , saluran pencernaan , dan malaria .

Pertolongan yang mendasar diberikan dengan mengadakan standar menu , terdiri dari jagung , kacang hijau , susu bubuk , minyak goreng , gula dan garam . Menu tersebut mengandung 1350 gram kalori , terdiri dari 46 gram protein , 216 gram karbohidrat dan 35 gram lemak .

Disamping itu juga diberi menu tambahan seperti Biscuit protein , susu bayi . Sabun , selimut  dan pakaian bekas merupakan pula barang bantuan .

Dengan demikian , maka diperkirakan suatu jumlah bahan sebagai ber ikut : 371 ton beras ,  1.800 ton jagung , 100 ton kacang hijau , 270 ton susu bubuk , 266 ton minyak goreng , 108 ton gula , 108 ton garam , 108 ton biskuit protein , 120.000 batang sabun , 160.000 helai selimut , 60.000 pakaian bekas .

Operasi terpadu oleh PMI dan ICRC itu dilaksanakan dengan organisasi yang sangat teliti dan dievaluasi setelah berjalan 2 bulan sekali . Operasi tersebut  memerlukan helikopter , yang disewa dari perusahaan – per usahaan swasta dengan dengan harga jam terbang dan minyak pesawat terbang AVTUR .

Untuk angkutan darat di Timor Timur dibelikan 6 buah truck Mercedes fourwheel drive dan      4 buah landrover hardtop .

Dalam persiapan operasi itu dipersiapkan 2 orang tenaga dokter TNI AD , 4 orang dokter Depkes , 3 orang perawat dan PMI Pusat .

Pada tanggal 15 Oktober 1979 operasi tersebut telah dimulai di Hatolia , sedangkan Fatubesi  telah dilaksanakan sebelumnya .

Walaupun dalam perjanjian semula hanya direncanakan selama 6 bulan saja , namun me lihat  keadaan operasi tersebut diperpanjang 4 kali sampai tahun 1982 .

Sasaran utama operasi tersebut adalah orang – orang yang baru turun dari gunung dan hutan ,  keadaan fisiknya memang sangat buruk , sehingga memer lukan bantuan pangan dan obat – obatan .

Mereka berkumpul dalam desa – desa yang terisolir yang sulit dicapai dengan jalan darat  sehingga mutlak diperlukan helikopter sebagai sarana angkutan . Biaya operasi secara keseluruhan adalah sebesar 11 juta dollar AS yang diusahakan oleh ICRC dengan sumbangan Palang Merah Nasional dari negara – negara kaya di Eropa dan Amerika .

Sebagai Ketua Umum PMI saya telah mengadakan inspeksi beberapa kali ke daerah – daerah  yang diberi pertolongan .

Dokter – dokter yang ditempatkan di tempat – tempat yang terpencil be kerja dengan semangat  yang tinggi . Demikian pula perawat – perawatnya .

Kecuali aktivitas di bidang kesehatan juga diadakan usaha untuk pen didikan kesehatan ,  kesehatan keluarga , dan usaha – usaha untuk memperbaiki pertanian , peternakan dan perikanan .

Umpamanya diberikan bibit padi dan jagung . Padi Gogo IR 38 dari Balai Benih Padi  Sukamandi . Bibit sayuran dari Kupang dan Bogor seperti kobis , bayam , kangkung darat , kecipir , ketimun , terong , wortel , buncis , papaya Bangkok , semangka , durian , manggis , sawo dan rambutan .

Penyebaran bibit di musim hujan dilakukan dengan helikopter di daerah tandus yang berlalang seperti Lamtoro Gung , dari Dili dan Ciawi .

Ibu hamil dan anak 10 tahun ke bawah diberi biskuit protein 40 gram , dan multivitamin .

Usaha kesehatan gigi pun diadakan . Kesehatan pribadi dan kelompok di usahakan seperti  membuat kakus , kamar mandi , penampungan air , pompa air , sampah dijadikan kompos . PMI memberi semen , paralon , pompa air.Wajib man di diterapkan pada penduduk sebelum mereka mendapat pengobatan di poli klinik . Pakaian bekas yang pantas diberikan setelah mandi . Dengan demikian

 

mereka belajar mandi . Mereka yang hanya memakai celana pendek saja atau ( cancut ) ” cawat ” diberi sabun dan baju bekas . Pakaian primitifnya dibakar .

Alat – alat pertanian seperti cangkul , parang belencong , pupuk dan in sektisida diberikan .

Untuk peternakan diusahakan ayam dari Bali yang berumur satu hari sebanyak 4.400 ekor .  Setelah diperlihara 3 bulan di Dili oleh Dinas Pertanian dan divaksinasi serta diberi obat cacing dikirim ke pos – pos untuk dibagikan kepada penduduk supaya dipelihara . Jenis ayam ini dapat dilepas untuk mencari makan sendiri di kebun .

Anggota PM se tempat juga diberi beberapa ekor ; 100 ekor dipelihara di Dili sebagai ayam  petelur . Telurnya dibagi pada penderita T.B.C.

Itik umur satu hari 800 ekor dipelihara di Dili selama 2 bulan dan kemudian dibagikan      ke daerah – daerah .

PELAKSANA :

tujuan :

SUMBER PENDANAAN

CAKUPAN AREA

penerima manfaat

GALERI FOTO KEGIATAN

LINK SOSIAL MEDIA

Untuk informasi lebih lanjut, hubungi :

Nama Penulis : Arifin Muh. Hadi

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Silakan masukkan kode akses anda (nama pengguna/alamat email dan katasandi dengan mengisi kolom di bawah ini dengan benar.

https://pustaka.pmi.or.id/slot-gacor/ https://sukabumikota.pmi.or.id/slot-gacor/ https://sukabumikota.pmi.or.id/slot-deposit-dana/ https://kuduskab.pmi.or.id/slot88/ https://ppi.pmi.or.id/slot-ovo/ https://mipa.uns.ac.id/slot-gacor/ https://biosains.mipa.uns.ac.id/slot-dana/ http://kimia.mipa.uns.ac.id/slot88/