Pagi itu, Jumat 11 November 2016 Jam 09.00 WIB Gempa Tektonik dengan kekuatan 7,5 SR mengguncang Cilacap dan sekitarnya. Episentrum berada di Samudera Hindia berjarak 200 km di Tenggara Cilacap dengan kedalaman 30 km. Diinformasikan oleh BMKG melalui peringatan Dini (PD) I bahwa gempa bumi tersebut berpotensi terjadinya Tsunami.
Tak luput dari guncangan gempa tersebut, seluruh warga Sekolah Luar Biasa (SLB) Kroya Cilacap pun ikut merasakannya. Aktifitas belajar mengajar secara otomatis terhenti. Sesuai dengan Standart Operational Procedure (SOP) / Prosedur Tetap (Protap) yang dimiliki sekolah, seluruh warga sekolah melakukan prosedur terhadap gempa dan tsunami.
Saat gempa terjadi seluruh warga sekolah tetap tenang dan tidak panik, segera melakukan upaya keselamatan diri dengan melakukan Langkah 3 B, antara lain :
- Berlutut :
Menyeimbangkan tubuh agar guncangan gempa tidak membuat kita terjatuh.
- Berlindung :
Penting untuk melindungi kepala dan leher, karena saat gempa benda-benda di sekeliling kita dapat berjatuhan. Melindungi kepala masing-masing menggunakan alat bantu, yaitu Tas Sekolah masing-masing untuk mencegah cedera pada daerah organ vital. Jika berada dekat meja, kursi atau tempat tidur, berlindunglah di bawahnya.
- Bertahan Sambil Berpegangan :
Bertahanlah dalam posisi berlindung sambil berpegangan pada pelindung hingga gempa benar-benar berhenti. Bagi yang berada di dekat kaca maupun jendela segera menjauh agar tidak terluka oleh pecahan kaca yang mungkin terjadi akibat gempa tersebut. Saat berlindung, tidak lupa untuk selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar tetap diberi keselamatan.
Selama kurang lebih 1 menit, gempa berlangsung. Setelah gempa reda, seluruh siswa dibantu Guru Pengajarnya masing-masing segera melakukan evakuasi keluar menuju ke Titik Kumpul yang berada di Lapangan Upacara dan khusus untuk Kelas A (Tuna Netra) evakuasi menuju halaman rumput yang berada di depan kelasnya, yang merupakan akses lapangan terbuka yang terdekat. Secara tertib dan teratur siswa bergandengan tangan bahu-membahu menuju lokasi tersebut. Setibanya di Titik Kumpul, Guru Pengajar segera mengabsensi / mengecek kelengkapan siswa didiknya, apakah lengkap ataukah tidak. Apabila tidak lengkap, Guru Piket segera melakukan penyisiran ke kelas-kelas untuk segera melakukan pertolongan. Siswa dan warga sekolah lainnya bertahan di Lapangan Upacara hingga ada pengumuman dari Pihak Kepala Sekolah bahwa keadaan telah benar-benar aman, tidak terjadi gempa susulan serta peringatan potensi tsunami diakhiri.
Pihak Kepala Sekolah segera melakukan koordinasi terkait status gempa dan potensi tsunami kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap. Diperoleh hasil bahwa gempa yang baru saja terjadi tersebut berpotensi menimbulkan Tsunami.
Kepala Sekolah segera menginstruksikan kepada Guru Piket untuk segera mengumumkan kepada seluruh warga sekolah agar melakukan evakuasi horizontal. Secara tertib dan tenang, seluruh siswa segera di evakuasi menuju Tempat Evakuasi Tsunami. Setiap Guru Pengajar menggiring siswa ampuannya masing-masing. Setibanya di Tempat Evakuasi Tsunami, Guru Pengajar segera mengabsensi siswa didiknya memastikan semuanya telah tiba di lantai atas gedung.
Kepala Sekolah terus melakukan koordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cilacap hingga dinyatakan potensi tsunami diakhiri yang kemudian segera ditindaklanjuti dengan mengumumkan kepada seluruh warga sekolah bahwa kondisi telah aman dan kondusif sehingga proses belajar dan mengajar dapat dilanjutkan kembali seperti sedia kala. Kemudian seluruh siswa kembali lagi ke kelasnya masing-masing.
Dengan diumumkannya kondisi telah aman tersebut, disambut tepuk tangan nan riuh serta teriakan lega dan gembira oleh seluruh warga sekolah SLB Kroya Cilacap. Ternyata apa yang dilaksanakan tadi hanyalah sekedar simulasi semata, bukan kejadian sesungguhnya.
Simulasi diakhiri dengan menyanyikan bersama sebuah lagu tentag upaya penyelamatan diri terhadap gempa, yaitu “Kalo Ada Gempa” (Lagu Asli : Potong Bebek Angsa), yaitu :
Kalo ada gempa
Lindungi Kepala
Kalo ada gempa
Masuk kolong meja
Jangan berlari
Jangan berisik
Jangan mendorong
dan jangan kembali
Simulasi Gempa dan Tsunami ini dilaksanakan dalam rangkaian Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Mitigasi Bencana dalam rangka mengurangi risiko bencana oleh pihak sekolah SLB Gumilir Cilacap dengan dukungan dana dari DIRJEN PK – PLK, bekerjasama dengan BPBD Kabupaten Cilacap serta PMI Kabupaten Cilacap serta Relawan Mitra PMI (Bagana, MDMC, SAR Cilacap Rescue, dll) sebagai Pelaksana Teknis di lapangan.
Rangkaian Pendidikan dan Pelatihan Mitigasi Bencana dalam rangka Pengurangan Risiko Bencana (PRB) ini dilaksanakan selama 2 hari. Pada hari pertama, lebih ke arah penyampaian materi secara teoritis oleh Tim BPBD dan Tim Pendamping Relawan PMI baik di sesi pleno maupun pendampingan di tiap kelas; sekaligus pembahasan SOP Sekolah terkait Kebencanaan yang disepakati bersama di pandu oleh Tim BPBD Kabupaten Cilacap. Pada hari kedua, saatnya untuk mempraktikkan apa yang telah dipelajari di hari pertama. Seluruh warga sekolah dituntut untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya sesuai yang tertuang di dalam SOP yang telah disepakati bersama sebelumnya.
Puncak rangkaian kegiatan Diklat ini adalah dengan dilaksanakannya simulasi gempa dan tsunami yang diikuti oleh sekitar 200 orang, yang terdiri atas Guru, Karyawan, Orang Tua / Wali Murid serta 150 siswa.
Diklat ini diakhiri dengan diadakannya Evaluasi hasil simulasi serta penyampaian rekomendasi oleh Tim Pendamping baik dari BPBD maupun PMI serta Relawan Mitra, yang pada prinsipnya untuk pembenahan ke depan agar dapat tercipta lingkungan SLB Kroya Cilacap sebagai Sekolah yang siaga menghadapi bencana.
Simulasi ini tergolong unik, karena baru dilaksanakan di kalangan berkebutuhan khusus. Secara umum, kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Tim Relawan Pendamping tidak menemui kendala berarti selama 2 hari kegiatan.
“Perlu kesabaran dan keuletan tersendiri dalam mengampu adik-adik yang berkebutuhan khusus, terutama kategori C1 (Tuna Grahita). Awalnya kami sempat bingung juga untuk memulainya karena belum menguasai cara berkomunikasi denga mereka yang notabene berkebutuhan khusus. Sempat sih, belajar singkat terlebih dahulu dengan Guru Pendamping mereka bahasa- bahasa isyarat dan bahasa tertentu untuk kalangan berkebutuhan khusus. Setelah berbaur dengan mereka, jadi lebih mudah dan mereka sangat menerima kehadiran kita dan antusias dalam belajar, hingga mampu mempraktekkannya pada kegiatan simulasi”, ungkap Sepsi Rahayu salah satu Relawan Pendamping PMI.
Dengan telah dilaksanakannya kegiatan simulasi ini, harapannya dapat sebagai bekal seluruh warga sekolah untuk bersiaga terhadap bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi serta sekolah mampu menetapkan aturan dan melakukan upaya-upaya penyelamatan siswa-siswa yang berkebutuhan khusus tersebut yang tertuang di dalam SOP. Semoga dengan pelaksanaan diklat selama 2 hari ini dapat sebagai upaya untuk mengurangi risiko bencana, terutama korban jiwa di kalangan rentan (berkebutuhan khusus). Ayo Siaga Bencana, selamatkan jiwa [END].
